PENCEGAHAN DAN PERAWATAN CEDERA (PPC)

Pengertian, tujuan, prinsip, dan faktor dalam pencegahan dan perawatan cedera




 1. Defenisi dari PPC

A. Defenisi dari Pencegahan

    Pencegahan berasal dari kata "cegah" yang artinya menangkal, menghentikan, menolak dalam melakukan suatu kegiatan tertentu agar tidak terjadi,

    Pencegahan merupakan suatu usaha untuk menangkalkan segala sesuatu yang ingin dilakukan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pencegahan adalah proses, cara, perbuatan mencegah. Contonya seperti pencegahan kebakaran artinya upaya-upaya yang dilakukan agar kebakaran tidak terjadi.

    Berdasarkan kutipan di atas makan dapat di simpulkan bahwa pencegahan merupakan usaha dalam bentuk tindakan dari pihak yang dimaksud untuk menghalangi, menghentikan atau mengurangi dampak dari akibat yang akan terjadi.


 B. Defenisi dari Perawatan

    Perawatan merupakan suatu kegiatan yang terprogram yang  di lakukan oleh seseorang terhadap orang lain untuk tahapan yang akan menuju pada suatu perbaikan, beberapa pendapat mengatakan bahwa “kegiatan perawatan (maintenance) adalah kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas atau peralatan pabrik dan mengadakan perbaikan atau penyesuaian penggantian yang diperlukan agar terdapat suatu keadaan operasi produksi yang efektif (Sofyan, 1987: 88)”,  lebih lanjut menurut (Supandi, 1999: 25-26) “Perawatan adalah suatu konsepsi dari semua aktivitas yang diperlukan untuk menjaga atau mempertahankan kualitas peralatan agar tetap dapat berfungsi dengan baik seperti dalam kondisi sebelumnya.


C. Defenisi dari Cedera

    Cedera olahraga merupakan suatu akibat dari perbuatan dalam segala bentuk kegiatan yang melampaui batas dari kemampuan tubuh dalam melakukan aktivitas, Menurut Drs. Andun Sudijandoko M.Kes.dalam bukunya yang berjudul Pencegahan dan Perawatan Cedera (2000:3) mendefinisikan “cedera sebagai suatu akibat daripada gaya-gaya yang bekerja pada tubuh atau sebagian daripada tubuh dimana melampaui kemampuan tubuh untuk mengatasinya, gaya-gaya ini bisa berlangsung cepat atau dalam jangka lama”, Lebih lanjut di terangkan oleh Syamsuri E (1984 : 36), “cedera adalah memar atau luka, atau dislokasi dari otot, sendi atau tulang yang disebabkan oleh kecelakaan, benturan (bodycontac) atau gerakan yang berlebihan sehingga otot, tulang, atau sendi tidak dapat menahan beban atau menjalankan tugasnya”.

    Berdasarkan kutipan di atas maka cedera disimpulkan bahwa suatu kerusakan pada organ tubuh yang terjadi dengan sebab atau akibat dari perbuatan tersendiri terhadap tubuh yang melampaui batas kemampuan tubuh untuk di atasinya baik di sengaja ataupun tidak sehingga mengakibatkan terjadinya cedera.


2. Tujuan PPC

    Tujuan daripada mata kuliah ini agar mahasiswa dapat memahami seluruh aspek PPC, sehingga dapat membantu dalam menangani suatu masalah yang berkaitan dengan PPC, seperti terjadinya cedera pada siswa, dan terjadinya kecelakaan yang bersifat umum, dengan adanya ilmu pengetahuan tentang PPC,  maka mahasiswa dapat membantu siswa dan orang lain yang sedang terjadi cedera dan kecelakaan tersebut, sedangkan tujuan dari penulisan ini agar dapat membantu sesama untuk meningkatkan ilmu pengetahuan tentang PPC, dengan adanya ilmu pengetahuan ini maka dapat mempublikasikan untuk umum sehingga dapat membantu cedera yang dialami pada tubuh manusia.

3. Ruang Lingkup PPC

Ada beberapa poin penting yang perlu dipahami dalam ruang lingkup PPC ini yaitu:

 1.  Prinsip-prinsip pencegahan cedera

·  Faktor fasilitas dan sarana pelindung

·  Faktor kebugaran jasmani dan psikologis

·  Faktor prilaku dan latihan-latihan progresif

·  Faktor warming up dan cooling down

2.  Klasifikasi cedera dalam olahraga

3.  Pingsan dan kejang dalam olahraga

4.  Jenis cedera ringan, sedang, berat dan lainnya

5.  Prinsip-prinsip  penanganan cedera olahraga

6.  Tindakan pertama dengan sistem RICE

7.  Tindakan masage

8.      Tindakan medis, keluarga dan rekan tim olahraga

9.      Fisioterapi dalam olahraga

10.  Terapi panas dan dingin untuk perawatan cedera

11.  Pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K)


4. Prinsip-Prinsip PPC

    Setiap atlet atau siapapun yang melkukan aktifitas olahraga pasti mendekatkan diri dengan resiko cidera. Memang sering terjadi cidera tersebut tidak terlalu membahayakan. Namun demikian ada beberapa faktor yang perlu menjadi perhatian yang menjadi prinsip dari pencegahan cidera pada olahraga.

    1.      Keadaan fasilitas olahraga

      Fasilitas adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan suatu usaha dapat berupa benda-benda maupun uang. Lebih luas lagi tentang pengertian fasilitas dapat diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat memudahkan dan memperlancar pelaksanaan segala susuatu. usaha.

   Fasilitas olahraga yang tidak memadai akan lebih mudah mengakibatkan cedera, maka fasilitas olahraga harus diperhatikan pada saat ingin melakukan aktifitas olahraga. Seperti :

a.       Lapangan

b.      Stadion

c.       Hall

d.      GOR

e.      Gelanggang

f.       Pelindung kepala : Helm, helmet, haed guard

g.      Pelindung muka : Masker

h.      Pelindung mata : Gogleus

i.        Pelindung hidung : Nose Clip

j.        Pelindung gigi : Gum shield

k.      Pelindung leher : Neck guard

l.        Pelindung tangan : Glop

m.    Pelindung badan : Body profector

n.      Pelindung paha / tungkai : Leg guard

o.      Pelindung lutut : Knee Pads

p.      Pelindung alat kelamin : Genital profector

q.      Pelindung tulang kering : Skin decker

r.        Pelindung kaki : Sepatu

s.       Treack And Field

t.        Udara

u.      Sungai

v.      Danau

w.     Laut

x.      Pantai

y.      lapangan hijau

      2.      Penggunaan sarana pelindung dalam kegiatan olahraga.

Sarana pelindung adalah alat-alat yang digunakan saat berolahraga seperti proteksi badan, jenis olahraga yang bersifat body contack, serta jenis olahraga yang khusus lainnya.

Sarana pelindung adalah peralatan yang memadai dan sesuai dengan kebutuhan cabang olahraga, yang akan menghindari terjadinya cedera, sarana pelindung yang harus diperhatikan untuk melindungi bagian tubuh.

    3.      Pelaku harus memiliki kebugaran jasmani yang baik.

    Kebugaran jasmani adalah kesanggupan dan kemampuan tubuh melakukan penyesuaian (adaptasi) terhadap pembebasan fiisk yang diberikan kepadanya (dari kerja yang dilakukan sehari-hari) tanpa menimbulkan kelelahan yang berlebihan.

    Menurut Judith Rink dalam Mochamad Sajoto (1988: 43), bahwa kebugaran jasmani merupakan kemampuan seseorang menyelesaikan tugas sehari-hari dengan tanpa mengalami kelelahan berarti, dengan pengeluaran energi yang cukup besar, guna memenuhi kebutuhan geraknya dan menikmati waktu luang serta untuk memenuhi keperluan darurat bila sewaktu-waktu diperlukan.

    Kondisi fisik adalah merupakan prinsip kunci dalam pencegahan cidera pada olahraga. Kondisi fisik yang baik akan mencegah terjadinya cidera pada waktu melakukan aktifitas olahraga. Menurut Perry Howard (1997: 37-38) faktor-faktor yang mempengaruhi kebugaran jasmani adalah: umur, jenis kelamin, somatotipe, atau bentuk badan, keadaan kesehatan, gizi, berat badan, tidur atau istirahat, dan kegiatan jasmaniah.

    4.      Keadaan psikologis pelaku olahraga.

    Seorang atlet olahraga harus memiliki mental bertanding yang baik. Mental bertanding yang baik menyangkut kepercayaan diri yang tinggi tetapi tidak sombong, tidak mudah cemas/grogi, tidak mudah marah/emosi tinggi dan sebagainya. Oleh karena itu pemantapan mental bertanding seorang atlet sangatlah penting untuk ditingkatkan, yaitu dengan cara diantaranya sebagai berikut :Melakukan pendekatan-pendekatan psikologis. Dimana lebih baik hal ini dapat kita lakukan pada seorang atlet sejak masa usia dini sehingga atlet memiliki bekal mental yang tangguh.


5. Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya cedera

a)      Stres dalam berolahraga

  Satu hal yang pasti adalah bahwa stress akan mengangu perhatian seorang atlit dengan kurangnya perhatian dari sekelilingnya.contohnya seseorng yang bertanding jika tidak ada yang mendukung dia saat bertandinng seseorang atlit itu akan merasa stres karena disekelilingnya tidak ada yang memberi ia semangat atau motivasi yang lebih dari penonton.

b)      Emosioanal

  Reaksi pertama atlet yang mengalami cidera digambarkan seperti akan menghadapi kematian. Setelah itu megalami reaksi kesedihan yang ditandai dengan lima tahapan kesedihan: Penolakan,Kemarahan,Untung atau tidak (menawar),depresi dan menerima dan menyusun lagi.

c)      Mental

            Jika kemampuan atlet menurun karena faktor kesalahan teknik gerakan, maka persepsi sang atlet terhadap kemampuan dirinya juga akan berkurang. Jika masalah kesalahan gerak ini tidak segera teridentifikasi dan tidak segera diperbaiki, maka kesalahan gerak ini akan menetap. Akibatnya, kemampuan atlet tidak meningkat, sehingga atlet menjadi kecewa dan lama kelamaan bisa menjadi frustrasi bahkan memiliki pikiran dan sikap negative terhadap prestasi olahraganya.

d)     Truma olahraga

            Seseorang akan takut melakukan olahraga karena ia pernah mengalami patah tulang atau terluka parah faktor yang mempengaruhi trauma.

1. Faktor individu /perorangan

2. Sarana olahraga

3. Jenis olahraga

4.  Lingkungan

 

e)      Kurang percaya diri

Seorang atlit jika dalam suatu pertandingan kurang percaya diri akan menagkibatkan cedera.contohnya seornng atlit lompat jauh jika  ragu-ragu melopat maka ia akan cedera pada ssat melakukan lompatan tersebut.

 

    5.      Latihan – latihan yang progresif

Latihan progresip  merupakan latihan-latihan yang menguntungkan pada saat dadakan. perlu ditekankan prinsip-prinsip pemberian beban lebih yang bertahap dan prinsip spesifesitas dari latihan. Pemilihan metode yang tepat adalah meliputi efisiensi gerakan yang sesuai, efketifitas program latihan, termasuk FITT (frekwensi, Intensitas, Time, Tipe) yang adekuat. Gerakan yang salah harus dikoreksi dan dengan dasar gerakan yang baik.

 

    6.      Prilaku dalam kegiatan olahraga

Perilaku yang tidak sportif menimbulkan respon yang sama atau lebih jelek lagi.Kekuatan dan oleh karena itu juga cedera yang sama seringkali diderita baik oleh pelaku maupun oleh calon korbannya. Sebagai contoh niat untuk menendang kaki lawan dalam permainan sepak bola malahan kaki kita yang kesakitan karena sudah ada unsur yang tidak baik dalam dirinya

 

    7.      Latihan Pemanasan (warming up)

Pemanasan sebelum melakukan latihan yang berat dapat membantu mencegah terjadinya cedera. Latihan ringan selama 3-10 menit akan menghangatkan otot sehingga otot lebih lentur dan tahan terhadap cedera. Metode pemanasan yang aktif lebih efektif daripada metode pasif seperti air hangat, bantalan pemanas, ultrasonik atau lampu infra merah. Metode pasif tidak menyebabkan bertambahnya sirkulasi darah secara berarti.

Latihan peregangan tampaknya tidak mencegah cedera, tetapi berfungsi memperpanjang otot sehingga otot bisa berkontraksi lebih efektif dan bekerja lebih baik. Untuk menghindari kerusakan otot karena peregangan, hendaknya peregangan dilakukan setelah pemanasan atau setelah berolah raga, dan setiap gerakan peregangan ditahan selama 10 hitungan.

 

    8.      Latihan Pendinginan (cooling down)

Pendinginan adalah mengurangi latihan secara bertahap sebelum latihan dihentikan. Pendinginan mencegah terjadinya pusing dengan menjaga aliran darah. Jika latihan yang berat dihentikan secara tiba-tiba, darah akan terkumpul di dalam vena tungkai dan untuk sementara waktu menyebabkan berkurangnya aliran darah ke kepala. Pendinginan juga membantu membuang limbah metabolik (misalnya asam laktat dari otot), tetapi pendinginan tampaknya tidak mencegah sakit otot pada hari berikutnya, yang disebabkan oleh kerusakan serat-serat otot.

 

 




 


Comments

Popular posts from this blog

Tendangan, pukulan, dan kuda-kuda dalam pencak silat

TEKNIK MANIPULASI SPORT MASSAGE

Pengertian dan Anatomis Cedera Ringan, Sedang, dan Berat