Pengertian dan Anatomis Cedera Ringan, Sedang, dan Berat
1. Pengertian Cedera
Cedera adalah kelainan yang terjadi pada tubuh yang mengakibatkan timbulnya nyeri, panas, merah, bengkak, dan tidak dapat berfungsi baik pada otot, tendon, ligamen, persendian, maupun tulang akibat aktivitas gerak yang berlebihan atau kecelakaan Menurut Graha & Priyonoadi (2009: 45). Cedera ini butuh pertolongan profesional. Trauma kronis sering dialami oleh atlet, bermula adanya sindrom pemakaian berlebih yakni suatu kekuatan yang sedikit berlebihan, berlangsung berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama. Sindrom ini kadang memberi respons yang baik dengan pengobatan sendiri (Wijanarko, dkk. 2010: 49).
Berdasarkan waktu terjadinya cedera
olahraga ada dua jenis yang sering dialami atlet, yaitu trauma akut dan trauma
kronis (yang terjadi karena overuse syndrome/sindrom pemakaian berlebih)
(Graha, 2012: 28). Pada dasarnya cedera dapat terjadi disebabkan karena
faktor-faktor dari dalam (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik) yang kurang
dijaga dan diperhatikan sehingga dapat menyebabkan terjadinya cedera baik pada
otot maupun rangka. Kushartanti, (2007: 3) mengungkapkan mengenai gejala yang
timbul akibat cedera dapat berupa peradangan yang merupakan mekanisme
mobilisasi pertahan tubuh dan reaksi fisiologis dari jaringan rusak baik akibat
tekanan mekanis, kimiawi, panas, dingin dan invasi bakteri. Diperjelas oleh 7
Graha & Priyonoadi, (2009: 46), tanda-tanda peradangan pada cedera jaringan
tubuh yaitu:
a. Kalor atau panas karena
meningkatnya aliran darah ke daerah yang mengalami cedera.
b. Tumor atau bengkak disebabkan
adanya penumpukan cairan pada daerah sekitar jaringan yang cedera.
c. Rubor atau merah pada bagian
cedera karena adanya pendarahan.
d. Dolor atau rasa nyeri, karena
terjadi penekanan pada syaraf akibat penekanan baik otot maupun tulang.
e. Functiolaesa atau tidak bisa
digunakan lagi, karena kerusakannya sudah cedera berat.
2. Macam-Macam Cedera
Menurut Hardianto (2005) klasifikasi cedera sebagai berikut :
a. berdasarkan berat ringannya, cedera dapat diklasifikasikan menjadi:
1. Cedera Ringan
cedera yang tidak diikuti kerusakan yang berarti pada jaringan tubuh kita, misalnya kekakuan otot dan kelelahan. pada cedera ringan biasanya tidak diperlukan pengobatan apapun dan cedera akan sembuh dengan sendirinya setelah beberapa waktu.
2. Cedera Sedang
Cedera sedang ialah kerusakan jaringan yang lebih nyata, dan berpengaruh terhadap performa olahragawan. Keluhan berupa nyeri, bengkak, dan gangguan fungsi, misalnya lebar otot, strain otot, tendon-tendon, dan robeknya ligamen (sprain gerak)
3. cedera berat
cedera yang serius, dimana pada cedera tersebut terdapat kerusakan jaringan tubuh, misalnya robeknya otot atau ligamen maupun patah tulang. kriteria cedera berat :
a. kehilangan substansi atau kontinuitas
b. peradangan lokal (ditandai oleh kalor/panas, rubor/kemerahan, tumor/bengkak, dolor/nyeri, fungsi olesi/tidak digunakan secara normal)
3. anatomis akibat cedera ringan,sedang, dan berat
Menurut Morgan, Lyle (1993: 63) secara umum cedera yang terjadi saat olahraga maupun saat pembelajaran Penjasorkes antara lain:
a. Memar (kontusio)
Menurut Ronald P. Pfeiffer (2009:38) memar merupakan cedera yang disebabkan oleh benturan benda keras pada jaringan linak tubuh. Pada memar, jaringan dibawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah sehingga darah dan cairan seluler merembes kejaringan sekitarnya.
CEDERA MEMAR
Perdarahan pada kulit atau perdarahan eksternal adalah perdarahan yang dapat dilihat berasal dari luka terbuka (Kartono Mohammad 2003:88). Cedera dapat juga merusak dan menyebabkan perdarahan. Menurut Kartono Mohammad (2003:88) ada tiga jenis yang berhubungan dengan jenis pembuluh darah yang rusak yaitu:
1) Perdarahan kapiler, berasal dari luka yang terus-menerus tetapi lambat. Perdarahan ini paling sering terjadi dan paling mudah dikontrol.
2) Perdarahan vena, mengalir terus- menerus karena tekanan rendah perdarahan vena tidak menyembur dan lebih mudah dikontrol.
3) Perdarahan arteri, menyembur bersamaan dengan denyut jantung, tekanan yang menyebabkan darah menyembur juga menyebabkan jenis perdarahan ini sulit dikontrol. Perdarahan arteri merupakan jenis perdarahan yang paling serius karena banyak darah yang dapat hilang dalam waktu sangat singkat
Kartono Mohammad (2003) menjelaskan bahwa perdarahan dikulit terdiri dari beberapa jenis yaitu:
1) Abrasi : lapisan atas kulit terkelupas, dengan sedikit kehilangan darah. (goresan, road rash dan rug burn)
2) Laserasi : kulit yang terpotong dengan pinggir bergerigi. Jenis luka ini biasanya disebabkan oleh robeknya jaringan kulit secara paksa.
3) Insisi : potongan dengan pinggir rata, seperti potongan pisau atau teriris kertas.
4) Pungsi : cedera akibat benda tajam (seperti pisau, pemecah es atau peluru).
5) Avulsi : sepotong kulit yang robek lepas dan menggantung pada tubuh.
6) Amputasi : terpotong atau robeknya bagian tubuh
e. Kehilangan kesadaran atau pingsan (syncope)
“Pingsan adalah keadaan kehilangan kesadaran yang bersifat sementara dan singkat, disebabkan oleh berkurangnya aliran darah dan oksigen yang menuju ke otak” (Kartono Mohammad, 2003: 96). Gejala pertama yang dirasakan oleh seseorang sebelum pingsan adalah rasa pusing, berkurangnya penglihatan, dan rasa panas. Selanjutnya, penglihatan orang tersebut akan menjadi gelap dan ia akan jatuh atau terkulai. Biasanya pingsan terjadi akibat dari (1) aktivitas fisik yang berat sehingga menyebabkan deposit oksigen sementara, (2) pengaliran darah atau tekanan darah yang menurun akibat perdarahan hebat, dan (3) karena jatuh dan benturan.
Menurut Kartono Mohamad (2001) pingsan mempunyai beberapa jenis, diantaranya:
1) Pingsan biasa (simple fainting)
Pingsan jenis ini sering diderita oleh orang yang memulai aktivitas tanpa melakukan makan pagi terlebih dahulu, penderita anemia, orang yang mengalami kelelahan, ketakutan, kesedihan dan kegembiraan.
2) Pingsan karena panas (heat exhaustion)
Pingsan ini terjadi pada orang sehat yang melakukan aktivitas di tempat yang sangat panas. Biasanya penderita merasakan jantung berdebar, mual, muntah, sakit kepala dan pingsan. Keringat yang berkucuran pada orang pingsan di udara yang sangat panas merupakan petunjuk bahwa orang tersebut mengalami pingsan jenis ini.
3) Pingsan karena sengatan terik (heat stroke)
Pingsan jenis ini merupakan keadaan yang lebih parah dari heat exhaustion. Sengatan terik terjadi karena bekerja di udara panas dengan terik matahari dalam jangka waktu yang lama, sehingga kelenjar keringat menjadi lemah dan tidak mampu mengeluarkan keringat lagi. Akibatnya panas yang mengenai tubuh tidak ditahan oleh adanya penguapan keringat. Gejala sengatan panas biasanya didahului oleh keringat yang mendadak menghilang, penderita kemudian merasa udara disekitarnya mendadak menjadi sangat panas. Selain itu penderita merasa lemas, sakit kepala, tidak dapat berjalan tegap, mengigau dan pingsan. Keringatnya tidak keluar sehingga badan menjadi kering. Suhu badan meningkat sampai 40-41 derajat celcius, mukanya memerah dan pernafasannya cepat.
1) Tingkat I
2) Tingkat II
3. Lokasi Cedera
Menurut Kemenpora (2010: 58) Lokasi
cedera sering disebut juga letak atau tempat dimana terdapat rasa sakit yang
biasanya ditandai dengan respon tubuh tertentu seperti munculnya kalor, dolor,
tumor, rubor, dan functiolaesa yang dapat terjadi pada bagian tubuh tertentu.
Biasanya cedera pada lokasi ini sering bergantung pada aktivitas yang dominan
dilakukan pada otot bagian tubuh tersebut, seperti menari yang dominan
menggunakan otot lengan akan lebih riskan terkena cedera pada lokasi bahu atau
siku. Menurut Gotlin, (2008: 48) membagi dua lokasi yang sering terjadi cedera
yaitu cedera pada ektremitas atas yang terdiri atas: bahu, siku, pergelangan
tangan, tangan, dan jari-jari, Sedangkan cedera pada ektremitas bawah terdiri
atas: Pinggul, paha (hamstring), lutut, ankle, kaki, dan Jari-jari. Adapun
lokasi cedera ekstremitas atas dan ektremitas bawah adalah sebagai berikut:
a. Cedera Ektremitas Atas
1) Leher
Menurut Sudijandoko, (2011: 6)
Leher merupakan hubungan sendi yang tersusun dari tulang belakang (spina) yang
menghubungkan dan mendukung koneksi antara kepala ke seluruh tubuh karena
tulang belakang merupakan bagian dari jalanya sistem saraf selain itu leher
disusun dengan bagian otot-otot leher yang pergerakannya cukup luas. Karena
pergerakan otot leher yang luas sering kali terjadi cedera. Menurut Stark &
Shimer, (2010: 39- 20 40) mengatakan beberapa cedera pada leher yang dapat
terjadi terdiri atas : a) Neck Fracture (Broken Neck), b) Sprained Neck, c)
Strained Neck, d) Pinched Nerve.
2) Bahu
Menurut Prijo Sudibjo dan tim anatomi (2011: 33) bahu terdiri dari dua sendi utama yaitu sendi glenohumeral yang merupakan “ball” dan “socket” dan sendi acromioclavicular, yang merupakan gabungan kecil di atas sendi glenohumeral. Menurut Prijo Sudibjo dan tim anatomi (2011: 33) Sendi bahu atau articulation humeri merupakan persendian yang arah pergerakan nya luas karena terdapat tiga aksis yang melaluinya, yaitu aksis sagital, aksis transversal, dan aksis longitudinal. Berdasarkan pergerakannya yang luas maka bahu sering mengalami cedera baik pada otot maupun tulang.
3)
Siku
Cedera siku dapat terjadi secara
kronik (overuse), biasanya sering dialami oleh atlet tenis, golf, pelempar
dalam permainan baseball, dan basket karena beberapa teknik gerakan dalam
olahraga tersebut kebanyakan berulang sehingga rentan mengalami cedera pada
siku (Stark & Shimer, 2010: 39-40). Beberapa nama cedera pada siku sering
dikaitkan dengan olahraganya, misalkan cedera tennis elbow, little league
elbow, golfer elbow, dll. Adapun beberapa pengertianya:
a)
Tennis Elbow (Siku Tenis)
Sindrom ini berawal dari adanya
gerakan mengayun raket tenis ke belakang (backhand) yang pada dasarnya
merupakan akibat dari overuse (gerakan berulang-ulang) pada otot tersebut
hingga terjadinya robekan otot (Stark & Shimer, (2010: 40).
4) Pergelangan Tangan
Menurut Sudijandoko, (2011: 6)
Tulang pergelangan tangan (ossa carpalia) terdiri dari 8 tulang pendek (os
breve), dan persendian pergelangan tangan disebut articulatio radicarpea karena
tulang lengan bawah (radius) langsung berhubungan dengan tulang pergelangan
tangan. Menurut Prijo Sudibjo dan Tim Anatomi (2011: 39) articulatio
radiocarpea secara morfologis merupakan articulatio elipsoidea yang mempunyai
dua sumbu, radio ulnar (transversal) yang menimbulkan gerakan fleksi dan
ekstensi, dan sumbu dorsovolar (sagital) yang menimbulkan gerakan abduksi dan
adduksi tangan. Beberapa pergerakan pada pergelangan sering menimbulkan cedera.
Wrist Fracture
5) Tangan dan jari-jari
a) Bowler’s Thumb (Ibu Jari Pemain
Bowling) Bowler’s thumb merupakan kondisi dimana saraf digital pada bagian tepi
ibu jari mengalami iritasi kronis akibat terjadi gesekan secara berulang- ulang
dengan lubang ibu jari pada bola bowling (thumbhole).
Bowler’s thumb
b.
Cedera Ektremitas Bawah
a)
Hip Pointer
Hip Pointer merupakan memar yang
terasa sakit disebabkan oleh benturan pada luar daerah batas pelvis, khususnya
pada daerah garis ikat pinggang sehingga menyebabkan perdarahan bawah kulit
yang dapat mempengaruhi aktivitas baik berlari maupun berjalan (Taylor, 2010:
165).
Hip pointer
Menurut Prijo Sudibjo dan tim anatomi (2011: 35)Sendi Lutut tersusun dari empat tulang dan ikatan ligamen serta otot- otot. Sendi lutut dibentuk oleh empat tulang yaitu tulang femur, tulang tibia, tulang fibula dan patella (tempurung lutut) yang terdapat pada bagian sisi depan sendi. Ligamen menghubungkan satu tulang dengan tulang lainnya dan mereka adalah serat pengikat yang kuat yang menstabilkan lutut. Sendi lutut merupakan bagian yang sering menopang dari berat tubuh, makin berat tubuh seseorang maka akan lebih mudah terkena resiko cedera pada lutut.
Menurut Stark & Shimer, (2010: 41) Cedera lutut kebanyakan disebabkan oleh tekanan ekstrim yang secara terpaksa memaksa sendi lutut untuk begerak berputar seperti pada kegiatan yang ditemukan pada olahraga ski, sepak bola, dan American football. Macam-macam cedera pada lutut terdiri atas: a) Patellar tendinitis, b) Patella fracture, c) Posterior cruciate ligament tear, d) Pettelofemoral pain, dll.
3)
Ankle (Pergelangan Kaki)
Ankle Pergelangan kaki terdiri
dari tulang talus yang juga dibentuk oleh dua tulang dari kaki bagian bawah
tulang tibia dan tulang kecil fibula yang berjalan di luar kaki ketiga bagian
ini tulang ini sering disebut mortise joint. Gerakan pada ankle dibantu oleh
tendo achilles dibelakang pergelangan kaki.
Menurut Stark & Shimer, (2010:
39-40) Ankle merupakan bagian tubuh yang pergerakan sendinya cukup luas, maka
dari itu kejadian cedera dalam olahraga sangat riskan terjadi pada bagian ini
hal ini diperkuat oleh pendapat Gotlin, (2008: 224) ankle memiliki struktur
anatomi yang unik dengan dukungan jaringan lunak yang relatif kecil membuat sendi
pergelangan kaki rentan terhadap cedera olahraga. Macam-macam cedera yang dapat
terjadi pada ankle terdiri atas: a) Ankle sprain, b) Ankle fracture, c)
Achilles tendinitis, d) Lower leg
stress fracture, e) Shin Splints, dll.
4)
Kaki dan Jari-jari
Kaki terdiri dari tulang dan jaringan lunak antara lain kulit, pembuluh darah, saraf, dan jaringan ikat yang meliputi tendon, dan ligamen (yang menahan dan memperkuat antar tulang persendian) yang memungkinkan sendi untuk bergerak di arah tertentu saja. Hindfoot adalah tulang tumit (calcaneus) sedangkan midfoot atau pertengahan tulang (tarsal), dan kaki depan berisi tulang panjang (metatarsal) yang mengarah pada jari-jari kaki. Kaki dan jari-jari sebagai tumpuan utama saat aktivitas berjalan atau berlari yang merupakan bagian tubuh yang riskan terkena cedera seperti Turf toe, Tarsal tunnel syndrome, Plantar fascilitis, Forefoot neuromas. Adapun beberapa pengertianya adalah sebagai berikut
a)
Tarsal Tunnel Syndrome
Tarsal Tunnel Syndrome adalah cedera
yang disebabkan oleh tekanan/penempatan syaraf tibial posterior yang terkurung
tepat dibawah tulang pergelangan kaki, sehingga menimbulkan rasa nyeri yang
akan menjalar ke bagian kaki hingga terassumbera sampai jempol kaki. (taylor, 2006:
104).
sumber :
https://core.ac.uk/download/pdf/132422217.pdf
http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/dr-muhammad-ikhwan-zein-spko/bahan-ajar-ppc-fix.pdf
http://repository.unimus.ac.id/544/3/BAB%20II.pdf
Comments
Post a Comment