Pengertian dan Anatomis Cedera Ringan, Sedang, dan Berat

 1.  Pengertian Cedera

      Cedera adalah kelainan yang terjadi pada tubuh yang mengakibatkan timbulnya nyeri, panas, merah, bengkak, dan tidak dapat berfungsi baik pada otot, tendon, ligamen, persendian, maupun tulang akibat aktivitas gerak yang berlebihan atau kecelakaan Menurut Graha & Priyonoadi (2009: 45). Cedera ini butuh pertolongan profesional. Trauma kronis sering dialami oleh atlet, bermula adanya sindrom pemakaian berlebih yakni suatu kekuatan yang sedikit berlebihan, berlangsung berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama. Sindrom ini kadang memberi respons yang baik dengan pengobatan sendiri (Wijanarko, dkk. 2010: 49). 

    Berdasarkan waktu terjadinya cedera olahraga ada dua jenis yang sering dialami atlet, yaitu trauma akut dan trauma kronis (yang terjadi karena overuse syndrome/sindrom pemakaian berlebih) (Graha, 2012: 28). Pada dasarnya cedera dapat terjadi disebabkan karena faktor-faktor dari dalam (intrinsik) maupun dari luar (ekstrinsik) yang kurang dijaga dan diperhatikan sehingga dapat menyebabkan terjadinya cedera baik pada otot maupun rangka. Kushartanti, (2007: 3) mengungkapkan mengenai gejala yang timbul akibat cedera dapat berupa peradangan yang merupakan mekanisme mobilisasi pertahan tubuh dan reaksi fisiologis dari jaringan rusak baik akibat tekanan mekanis, kimiawi, panas, dingin dan invasi bakteri. Diperjelas oleh 7 Graha & Priyonoadi, (2009: 46), tanda-tanda peradangan pada cedera jaringan tubuh yaitu:

a. Kalor atau panas karena meningkatnya aliran darah ke daerah yang mengalami cedera.

b. Tumor atau bengkak disebabkan adanya penumpukan cairan pada daerah sekitar jaringan yang cedera.

c. Rubor atau merah pada bagian cedera karena adanya pendarahan.

d. Dolor atau rasa nyeri, karena terjadi penekanan pada syaraf akibat penekanan baik otot maupun tulang.

e. Functiolaesa atau tidak bisa digunakan lagi, karena kerusakannya sudah cedera berat.


2. Macam-Macam Cedera

Menurut Hardianto (2005) klasifikasi cedera sebagai berikut :

a. berdasarkan berat ringannya, cedera dapat diklasifikasikan menjadi:

1. Cedera Ringan 

cedera yang tidak diikuti kerusakan yang berarti pada jaringan tubuh kita, misalnya kekakuan otot dan kelelahan. pada cedera ringan biasanya tidak diperlukan pengobatan apapun dan cedera akan sembuh dengan sendirinya setelah beberapa waktu.

2. Cedera Sedang

    Cedera sedang ialah kerusakan jaringan yang lebih nyata, dan berpengaruh terhadap performa olahragawan. Keluhan berupa nyeri, bengkak, dan gangguan fungsi, misalnya lebar otot, strain otot, tendon-tendon, dan robeknya ligamen (sprain gerak)

3. cedera berat 

cedera yang serius, dimana pada cedera tersebut terdapat kerusakan jaringan tubuh, misalnya robeknya otot atau ligamen maupun patah tulang. kriteria cedera berat :

a. kehilangan substansi atau kontinuitas

b. peradangan lokal (ditandai oleh kalor/panas, rubor/kemerahan, tumor/bengkak, dolor/nyeri, fungsi olesi/tidak digunakan secara normal)

3. anatomis akibat cedera ringan,sedang, dan berat

    Menurut Morgan, Lyle (1993: 63) secara umum cedera yang terjadi saat olahraga maupun saat pembelajaran Penjasorkes antara lain:

a.       Memar (kontusio)

    Menurut Ronald P. Pfeiffer (2009:38) memar merupakan cedera yang disebabkan oleh benturan benda keras pada jaringan linak tubuh. Pada memar, jaringan dibawah permukaan kulit rusak dan pembuluh darah kecil pecah sehingga darah dan cairan seluler merembes kejaringan sekitarnya.


                                                                CEDERA MEMAR


b.     Kram Otot

        Kram otot merupakan kontraksi otot tertentu yang berlebihan dan terjadi secara mendadak dan
 tanpa disadari. Menurut Kartono Mohammad (2001) kram otot terjadi karena letih, biasanya terjadi
saat malam hari atau karena kedinginan, dan dapat pula karena panas, dehidrasi, trauma pada otot yang
bersangkutan atau kekurangan magnesium.



                                                            MEKANISME KONTRAKSI OTOT

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya kram otot. Pada saat otot mengalami kelelahan dan secara tiba-tiba meregang, maka otot tersebut dengan terpaksa akan meregang secara penuh dan ini dapat mengakibatkan kram. Menurut Taylor (1997: 127) kram disebabkan oleh adanya ketidaksempurnaan biomekanik tubuh karena adanya malalignment (ketidaksejajaran) dari bagian kaki bawah, atau karena keadaan otot yang terlalu kencang, kekurangan beberapa jenis mineral tertentu (defisiensi) yang dibutuhkan oleh tubuh juga dapat mempengaruhi terjadinya kram otot, seperti kekurangan zat sodium, potassium, kalsium, zat besi, dan fosfor, dan terbatasnya suplai darah yang tersedia pada otot tersebut sehingga menyebabkan terjadinya kram otot. Pada intinya, kram otot terjadi karena terjadinya penumpukan asam laktat diotot karena mengalami kelelahan.

c.    Lepuh (blisters)

Menurut Ronald P. Pfeiffer (2009:36) lepuh merupakan timbulnya benjolan di kulit dan didalamnya terdapat cairan berwarna bening. Lepuh terjadi akibat penggunaan peralatan yang tidak pas, peralatan masih baru, atau peralatan yang lama seperti sepatu yang terlalu kecil.


                                                             CEDERA LEPUH/MELEPUH


a.       Perdarahan pada Kulit (lecet)

    Perdarahan pada kulit atau perdarahan eksternal adalah perdarahan yang dapat dilihat berasal dari luka terbuka (Kartono Mohammad 2003:88). Cedera dapat juga merusak dan menyebabkan perdarahan. Menurut Kartono Mohammad (2003:88) ada tiga jenis yang berhubungan dengan jenis pembuluh darah yang rusak yaitu:

1)    Perdarahan kapiler, berasal dari luka yang terus-menerus tetapi lambat. Perdarahan ini paling sering terjadi dan paling mudah dikontrol.

2)  Perdarahan vena, mengalir terus- menerus karena tekanan rendah perdarahan vena tidak menyembur dan lebih mudah dikontrol.

3)  Perdarahan arteri, menyembur bersamaan dengan denyut jantung, tekanan yang menyebabkan darah menyembur juga menyebabkan jenis perdarahan ini sulit dikontrol. Perdarahan arteri merupakan jenis perdarahan yang paling serius karena banyak darah yang dapat hilang dalam waktu sangat singkat

 Kartono Mohammad (2003) menjelaskan bahwa perdarahan dikulit terdiri dari beberapa jenis yaitu: 

1)      Abrasi : lapisan atas kulit terkelupas, dengan sedikit kehilangan darah. (goresan, road rash dan rug burn)

2)      Laserasi : kulit  yang terpotong dengan pinggir bergerigi. Jenis luka ini biasanya disebabkan oleh robeknya jaringan kulit secara paksa.

3)      Insisi : potongan dengan pinggir rata, seperti potongan pisau atau teriris kertas.

4)      Pungsi : cedera akibat benda tajam (seperti pisau, pemecah es atau peluru).

5)      Avulsi : sepotong kulit yang robek lepas dan menggantung pada tubuh.

6)      Amputasi : terpotong atau robeknya bagian tubuh


e.       Kehilangan kesadaran atau pingsan (syncope)

 “Pingsan adalah keadaan kehilangan kesadaran yang bersifat sementara dan singkat, disebabkan oleh berkurangnya aliran darah dan oksigen yang menuju ke otak” (Kartono Mohammad, 2003: 96). Gejala pertama yang dirasakan oleh seseorang sebelum pingsan adalah rasa pusing, berkurangnya penglihatan, dan rasa panas. Selanjutnya, penglihatan orang tersebut akan menjadi gelap dan ia akan jatuh atau terkulai. Biasanya pingsan terjadi akibat dari (1) aktivitas fisik yang berat sehingga menyebabkan deposit oksigen sementara, (2) pengaliran darah atau tekanan darah yang menurun akibat perdarahan hebat, dan (3) karena jatuh dan benturan.

Menurut Kartono Mohamad (2001) pingsan mempunyai beberapa jenis, diantaranya:

1)      Pingsan biasa (simple fainting)

Pingsan jenis ini sering diderita oleh orang yang memulai aktivitas tanpa melakukan makan pagi terlebih dahulu, penderita anemia, orang yang mengalami kelelahan, ketakutan, kesedihan dan kegembiraan.

2)      Pingsan karena panas (heat exhaustion)

Pingsan ini terjadi pada orang sehat yang melakukan aktivitas di tempat yang sangat panas. Biasanya penderita merasakan jantung berdebar, mual, muntah, sakit kepala dan pingsan. Keringat yang berkucuran pada orang pingsan di udara yang sangat panas merupakan petunjuk bahwa orang tersebut mengalami pingsan jenis ini.

3)      Pingsan karena sengatan terik (heat stroke)

Pingsan jenis ini merupakan keadaan yang lebih parah dari heat exhaustion. Sengatan terik terjadi karena bekerja di udara panas dengan terik matahari dalam jangka waktu yang lama, sehingga kelenjar keringat menjadi lemah dan tidak mampu mengeluarkan keringat lagi. Akibatnya panas yang mengenai tubuh tidak ditahan oleh adanya penguapan keringat. Gejala sengatan panas biasanya didahului oleh keringat yang mendadak menghilang, penderita kemudian merasa udara disekitarnya mendadak menjadi sangat panas. Selain itu penderita merasa lemas, sakit kepala, tidak dapat berjalan tegap, mengigau dan pingsan. Keringatnya tidak keluar sehingga badan menjadi kering. Suhu badan meningkat sampai 40-41 derajat celcius, mukanya memerah dan pernafasannya cepat.




                                    Perbedaan antara Heat Exhaustion dan Heat Stroke


f.       Cedera pada Otot Tendo dan Ligamen

Menurut Hardianto Wibowo (1995: 20) strain adalah cedera yang menyangkut cedera otot dan tendon. Strain dapat dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu:

1)   Tingkat I

 Strain tingkat ini tidak ada robekan, hanya terdapat kondisi inflamasi ringan. Meskipun pada tingkat ini tidak ada penurunan kekuatan otot, tetapi pada kondisi tertentu cukup mengganggu atlet.

2)   Tingkat II

 Strain pada tingkat ini sudah terdapat kerusakan pada otot atau tendon sehingga dapat mengurangi kekuatan otot

3) Tingkat III

Strain pada tingkat ini sudah terjadi kerobekan yang parah sampai putus sehingga diperlukan tindakan operasi atau bedah dan dilanjutkan dengan fisiotrapi dan rehabilitasi



TINGKATAN STRAIN

Sedangkan Hardianto Wibowo (1995: 22) sprain merupakan cedera yang menyangkut
ligamen. Cedera sprain dapat dibedakan menjadi beberapa tingkatan yaitu:

1)   Tingkat I
        Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan hanya beberapa serabut
yang putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan, pembengkatan dan rasa sakit pada daerah
tersebut. Pada cedera ini tidak perlu pertolongan/ pengobatan, cedera pada tingkat ini cukut
diberikan istirahat saja karena akan sembuh dengan sendirinya

2)   Tingkat II

    Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus, tetapi lebih separuh
serabut ligamentum yang utuh. Cedera menimbulkan rasa sakit, nyeri tekan, pembengkakan,
efusi  (cairan yang keluar) dan biasanya tidak dapat menggerakkan persendian tersebut. kita
harus memberikan tindakan imobilisasi (suatu tindakan yang diberikan agar bagian yang
cedera tidak dapat digerakan) dengan cara balut tekan, spalk maupun gibs. Biasanya istirahat
selama 3-6 minggu.

3)   Tingkat III
      Pada cedera ini seluruh ligamentum putus, sehinnga kedua ujungya terpisah. Persendian
yang bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat darah dalam persendian, pembekakan, tidak
dapatbergerak seperti biasa, dan terdapat gerakan– gerakan yang abnormal. Cedera tingkat ini
harus dibawa ke rumah sakit untuk dioperasi namun harus diberi pertolongan pertama terlebih
dahulu.


SPRAIN

g.       Dislokasi

        Menurut Ronald P. Pfeiffer (2003: 38) dislokasi adalah terlepasnya sebuah sendi dari
tempatnya yang seharusnya “Dislokasi yang sering terjadi pada olahragawan adalah dislokasi
bahu, sendi panggul, karena bergeser dari tempatnya maka sendi menjadi macet dan terasa
nyeri. Sebuah sendi yang pernah mengalami dislokasi, ligamen akan menjadi kendor.
Akibatnya, sendi itu akan mudah mengalami dislokasi kembali” (Kartono Mohammad 2001:
31)



MEKANISME DISLOKASI


h.      Patah tulang (fracture)

        “Patah tulang adalah suatu keadaan dimana tulang mengalami keretakan, pecah, atau patah, baik pada tulang rawan (kartilago) maupun tulang keras (osteon)” (Alton Thygerson, 2006: 75) . Menurut Mirkin dan Hoffman (1984: 124-125) patah tulang digolongkan menjadi dua yaitu: (1) patah tulang komplek, dimana tulang terputus sama sekali, (2) patah tulang stres, dimana tulang hanya mengalami keretakan tetapi tidak terpisah. Berdasarkan tampak tidaknya jaringan dari luar tubuh, Kartono Mohamad (2003: 73) membagi patah tulang menjadi: (1) patah tulang terbuka dimana fragmen atau pecahan tulang melukai kulit diatasnya dan tulang keluar, (2) patah tulang tertutup dimana fragmen (pecahan) tulang tidak menembus permukaan kulit. Jadi dapat disimpulkan fracture atau patah tulang dapat dibedakan menjadi 3 yaitu (1) patah tulang retak, (2) patah tulang comminuted, dan (3) patah tulang terbuka. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar dibawah ini.
JENIS FRAKTUR



3. Lokasi Cedera

Menurut Kemenpora (2010: 58) Lokasi cedera sering disebut juga letak atau tempat dimana terdapat rasa sakit yang biasanya ditandai dengan respon tubuh tertentu seperti munculnya kalor, dolor, tumor, rubor, dan functiolaesa yang dapat terjadi pada bagian tubuh tertentu. Biasanya cedera pada lokasi ini sering bergantung pada aktivitas yang dominan dilakukan pada otot bagian tubuh tersebut, seperti menari yang dominan menggunakan otot lengan akan lebih riskan terkena cedera pada lokasi bahu atau siku. Menurut Gotlin, (2008: 48) membagi dua lokasi yang sering terjadi cedera yaitu cedera pada ektremitas atas yang terdiri atas: bahu, siku, pergelangan tangan, tangan, dan jari-jari, Sedangkan cedera pada ektremitas bawah terdiri atas: Pinggul, paha (hamstring), lutut, ankle, kaki, dan Jari-jari. Adapun lokasi cedera ekstremitas atas dan ektremitas bawah adalah sebagai berikut:

 

a. Cedera Ektremitas Atas

1) Leher

Menurut Sudijandoko, (2011: 6) Leher merupakan hubungan sendi yang tersusun dari tulang belakang (spina) yang menghubungkan dan mendukung koneksi antara kepala ke seluruh tubuh karena tulang belakang merupakan bagian dari jalanya sistem saraf selain itu leher disusun dengan bagian otot-otot leher yang pergerakannya cukup luas. Karena pergerakan otot leher yang luas sering kali terjadi cedera. Menurut Stark & Shimer, (2010: 39- 20 40) mengatakan beberapa cedera pada leher yang dapat terjadi terdiri atas : a) Neck Fracture (Broken Neck), b) Sprained Neck, c) Strained Neck, d) Pinched Nerve.

Whiplash


2) Bahu

Menurut Prijo Sudibjo dan tim anatomi (2011: 33) bahu terdiri dari dua sendi utama yaitu sendi glenohumeral yang merupakan “ball” dan “socket” dan sendi acromioclavicular, yang merupakan gabungan kecil di atas sendi glenohumeral. Menurut Prijo Sudibjo dan tim anatomi (2011: 33) Sendi bahu atau articulation humeri merupakan persendian yang arah pergerakan nya luas karena terdapat tiga aksis yang melaluinya, yaitu aksis sagital, aksis transversal, dan aksis longitudinal. Berdasarkan pergerakannya yang luas maka bahu sering mengalami cedera baik pada otot maupun tulang.



   Acromioclavicular joint injury


3)  Siku

Cedera siku dapat terjadi secara kronik (overuse), biasanya sering dialami oleh atlet tenis, golf, pelempar dalam permainan baseball, dan basket karena beberapa teknik gerakan dalam olahraga tersebut kebanyakan berulang sehingga rentan mengalami cedera pada siku (Stark & Shimer, 2010: 39-40). Beberapa nama cedera pada siku sering dikaitkan dengan olahraganya, misalkan cedera tennis elbow, little league elbow, golfer elbow, dll. Adapun beberapa pengertianya:

a)      Tennis Elbow (Siku Tenis)

Sindrom ini berawal dari adanya gerakan mengayun raket tenis ke belakang (backhand) yang pada dasarnya merupakan akibat dari overuse (gerakan berulang-ulang) pada otot tersebut hingga terjadinya robekan otot (Stark & Shimer, (2010: 40).


Tennis elbow


4) Pergelangan Tangan

Menurut Sudijandoko, (2011: 6) Tulang pergelangan tangan (ossa carpalia) terdiri dari 8 tulang pendek (os breve), dan persendian pergelangan tangan disebut articulatio radicarpea karena tulang lengan bawah (radius) langsung berhubungan dengan tulang pergelangan tangan. Menurut Prijo Sudibjo dan Tim Anatomi (2011: 39) articulatio radiocarpea secara morfologis merupakan articulatio elipsoidea yang mempunyai dua sumbu, radio ulnar (transversal) yang menimbulkan gerakan fleksi dan ekstensi, dan sumbu dorsovolar (sagital) yang menimbulkan gerakan abduksi dan adduksi tangan. Beberapa pergerakan pada pergelangan sering menimbulkan cedera.


Wrist Fracture


5) Tangan dan jari-jari

 Menurut Prijo Sudibjo dan tim anatomi (2011: 34)Tulang telapak telapak tangan terdiri dari 5 tulang panjang (os longum) dan tulang jari- jari tangan pada tiap-tiap jari yang terdiri dari 3 tulang (phalang proximalis, phalang medius, dan phalang distalis), kecuali pada ibu jari yang hanya terdiri dari 2 tulang (phalang proximalis dan phalang distalis). Sendi ini pergerakanya hanya bisa terjadi pada dua aksis saja yaitu aksis sagital (abduksi dan adduksi jari-jari) dan aksis transversal (fleksi dan ekstensi). Menurut Stark & Shimer, (2010: 39-40) Tangan dan jari-jari merupakan bagian tubuh yang paling sering digunakan untuk aktivitas kerja seperti olahraga, pekerjaan rumah sehingga riskan terkena cedera seperti cedera Bowler’s thumb, finger sprain, mallet finger, hand fracture. Adapun beberapa pengertianya sebagai berikut:

a) Bowler’s Thumb (Ibu Jari Pemain Bowling) Bowler’s thumb merupakan kondisi dimana saraf digital pada bagian tepi ibu jari mengalami iritasi kronis akibat terjadi gesekan secara berulang- ulang dengan lubang ibu jari pada bola bowling (thumbhole). (Taylor, 2006: 206)


Bowler’s thumb


b.  Cedera Ektremitas Bawah

 1)      Pinggul

 Pinggul dan panggul adalah mekanisme yang mentransfer kekuatan dari kaki dan membantu menyerap, meredam, melompat, menahan dampak berjalan atau berlari selain itu memberikan mobilitas seperti: merangkak, berjongkok, membungkuk, berdiri dan banyak gerakan lainya (Sudijandoko, 2011: 13). Kebanyakan perlekatan otot paling kuat ditubuh adalah pada pinggul dan panggul. Susunan anatomi pada pinggul dan panggul ini memungkinkan kinerja yang luar biasa untuk prestasi atletik akan tetapi pada struktur fisik yang besar ini yang terkadang juga menyebabkan banyak macam cedera pinggul seperti Hip pointer, Adductor tendinosis, Coccyxgeal fracture, Osteoarthritis (OA), Pelvic stress fractures, Sacroiliac joint injury rijo (Sudibjo dan tim anatomi 2011: 36). Adapun beberapa pengertianya adalah sebagai berikut:

a)      Hip Pointer

Hip Pointer merupakan memar yang terasa sakit disebabkan oleh benturan pada luar daerah batas pelvis, khususnya pada daerah garis ikat pinggang sehingga menyebabkan perdarahan bawah kulit yang dapat mempengaruhi aktivitas baik berlari maupun berjalan (Taylor, 2010: 165).

Hip pointer

 2)      Lutut

Menurut Prijo Sudibjo dan tim anatomi (2011: 35)Sendi Lutut tersusun dari empat tulang dan ikatan ligamen serta otot- otot. Sendi lutut dibentuk oleh empat tulang yaitu tulang femur, tulang tibia, tulang fibula dan patella (tempurung lutut) yang terdapat pada bagian sisi depan sendi. Ligamen menghubungkan satu tulang dengan tulang lainnya dan mereka adalah serat pengikat yang kuat yang menstabilkan lutut. Sendi lutut merupakan bagian yang sering menopang dari berat tubuh, makin berat tubuh seseorang maka akan lebih mudah terkena resiko cedera pada lutut. 

Menurut Stark & Shimer, (2010: 41) Cedera lutut kebanyakan disebabkan oleh tekanan ekstrim yang secara terpaksa memaksa sendi lutut untuk begerak berputar seperti pada kegiatan yang ditemukan pada olahraga ski, sepak bola, dan American football. Macam-macam cedera pada lutut terdiri atas: a) Patellar tendinitis, b) Patella fracture, c) Posterior cruciate ligament tear, d) Pettelofemoral pain, dll.


Patella Fracture

3)      Ankle (Pergelangan Kaki)

Ankle Pergelangan kaki terdiri dari tulang talus yang juga dibentuk oleh dua tulang dari kaki bagian bawah tulang tibia dan tulang kecil fibula yang berjalan di luar kaki ketiga bagian ini tulang ini sering disebut mortise joint. Gerakan pada ankle dibantu oleh tendo achilles dibelakang pergelangan kaki.

Menurut Stark & Shimer, (2010: 39-40) Ankle merupakan bagian tubuh yang pergerakan sendinya cukup luas, maka dari itu kejadian cedera dalam olahraga sangat riskan terjadi pada bagian ini hal ini diperkuat oleh pendapat Gotlin, (2008: 224) ankle memiliki struktur anatomi yang unik dengan dukungan jaringan lunak yang relatif kecil membuat sendi pergelangan kaki rentan terhadap cedera olahraga. Macam-macam cedera yang dapat terjadi pada ankle terdiri atas: a) Ankle sprain, b) Ankle fracture, c) Achilles tendinitis, d) Lower  leg stress  fracture, e) Shin  Splints, dll.

Ankle Fracture


4)      Kaki dan Jari-jari

Kaki terdiri dari tulang dan jaringan lunak antara lain kulit, pembuluh darah, saraf, dan jaringan ikat yang meliputi tendon, dan ligamen (yang menahan dan memperkuat antar tulang persendian) yang memungkinkan sendi untuk bergerak di arah tertentu saja. Hindfoot adalah tulang tumit (calcaneus) sedangkan midfoot atau pertengahan tulang (tarsal), dan kaki depan berisi tulang panjang (metatarsal) yang mengarah pada jari-jari kaki. Kaki dan jari-jari sebagai tumpuan utama saat aktivitas berjalan atau berlari yang merupakan bagian tubuh yang riskan terkena cedera seperti Turf toe, Tarsal tunnel syndrome, Plantar fascilitis, Forefoot neuromas. Adapun beberapa pengertianya adalah sebagai berikut

a)      Tarsal Tunnel Syndrome

Tarsal Tunnel Syndrome adalah cedera yang disebabkan oleh tekanan/penempatan syaraf tibial posterior yang terkurung tepat dibawah tulang pergelangan kaki, sehingga menimbulkan rasa nyeri yang akan menjalar ke bagian kaki hingga terassumbera sampai jempol kaki. (taylor, 2006: 104).

Tarsal tunnel syndrome





sumber : 

https://core.ac.uk/download/pdf/132422217.pdf

http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/dr-muhammad-ikhwan-zein-spko/bahan-ajar-ppc-fix.pdf

http://repository.unimus.ac.id/544/3/BAB%20II.pdf


Comments

Popular posts from this blog

Tendangan, pukulan, dan kuda-kuda dalam pencak silat

TEKNIK MANIPULASI SPORT MASSAGE